Mahasiswa SU Kembali Menorehkan Prestasi dalam Jambore Nasional Revolusi Mental (JAMBORENAS) 2017

Pada 25-27 Agustus 2017 lalu, mahasiswa Surya University program study Digital Communication kembali menorehkan prestasi dalam Jambore Nasional Revolusi Mental (JAMBORENAS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia dan termasuk dalam pekan Revolusi Mental yang diadakan di Solo, Jawa Tengah.Tujuan dari dilaksanakannya jambore ini adalah untuk mengasah kreativitas masyarakat Indonesia dalam semangat revolusi mental. Tema dari jamborenas kali ini adalah “Indonesia Bersatu”. Dalam lomba ini terdapat 8 kategori lomba yang dapat diikuti oleh seluru warga Indonesia.

Mahasiswa Surya University, berhasil dalam 3 kategori lomba:

Juara 1 Kategori lomba Pop Up Dimensi 4D
Anggota: Nadine Yvette, Thalia Wijaya, Faustine Angeline, Catherine, Caroline, Gracia Rosa

Untuk lomba ini, tim SU membuat pop up buku yang bertema Indonesia Bersatu dengan konsep keberagaman budaya di Indonesia. Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa meskipun Indonesia memiliki beragam budaya dari Sabang sampai Merauke, kita tetaplah satu Indonesia.
Buku Pop Up ini terdiri dari 5 halaman, setiap halamannya berisi pulau besar di Indonesia. Sasaran dari dibuatnya buku ini adalah anak kecil sehingga didesain dengan colorful dan semenarik mungkin.

Juara 1 Kategori lomba Boardgame
Anggota: Aldo Layongga, Yandri Tjiu, Ray Paulus

Boardgame merupakan sebuah jenis permainan yang biasanya menggunakan papan serta pion/kartu yang dapat dimainkan oleh lebih dari satu orang. Untuk lomba ini, tim SU memilih untuk membuat boardgame yang membahas tentang kinerja polisi. Boardgame tersebut dinamakan "BRANTAS".

Boardgame BRANTAS dibuat dengan tujuan untuk mengajarkan masyarakat terutama anak dan remaja mengenai kinerja polisi secara sederhana dengan media boardgame. Sering kita lupa bahwa polisi telah sangat berjasa dalam menerapkan ketertiban dalam masyarakat. Melalui boardgame BRANTAS inilah mereka mencoba mengembangkan pandangan masyarakat terhadap polisi dan mengingatkan kembali pentingnya peran polisi dalam masyarakat.

Juara 3 Kategori lomba Komik Kebangsaan
Anggota: Mutia Khairunnisa

Pada lomba ini, Mutia membuat komik yang berjudul “Kertas yang Tercabik”. Dalam karya tulisnya, Mutia membahas tentang persatuan dimana persatuan itu ga cuma menyatukan persamaan aja, namun juga menghilangkan prasangka dan menerima perbedaan. Komik yang dibuat oleh Mutia bergenre silent comic, dimana tidak terdapat dialog sama sekali dan hanya terdapat gambar yang menyampaikan cerita. Untuk cerita lengkapnya bisa dibaca di https://www.behance.net/gallery/56120149/Kertas-yang-Tercabik-(Torn-Apart-Paper)-A-Silent-Comic

Prestasi yang membanggakan ini sangat diapresiasi oleh universitas karena telah mengharumkan nama Surya University sebagai universitas pertama berbasis riset di Indonesia. Selain itu, kegiatan seperti ini dapat meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air mahasiswa. Diharapkan prestasi ini juga dapat dijadikan sebagai motivasi bagi mahasiswa lain sebagai salah satu cara untuk berkontribusi dalam menorehkan tinta emas bagi SU di kancah nasional (***).

Berita Lainnya

Wisuda II & Dies Natalis V - 13 Oktober 2018
Universitas Surya kembali meluluskan 299 mahasiswa dalam wisuda kedua tahun ini, yang berlangsung di Hotel Olive, Tangerang, Sabtu, 13 Oktober 2018. Sebanyak 84 wisudawan berhasil mendapatkan predikat pujian atau cum laude. Wisuda II tahun ini mengusung tema:"Generasi Indonesia Jaya Menjunjung Kebhinekaan". rnrn"Proses pendidikan yang berkualitas merupakan kunci utama pembangunan bangsa, dan pendidik yang berkualitas sebagai faktor penting dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi untuk mencapai Indonesia jaya," kata pendiri Universitas Surya, Prof Yohanes Surya. Para wisudawan, kata Prof Yohanes Surya, diharapkan tetap memegang nilai-nilai kebhinekaan, jangan membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama, ras, dan berbagai hal yang menyebabkan terjadinya sekat-sekat yang bisa merusak persatuan.rnrn"Nilai kebhinekaan inilah yang akan mempersatukan para wisudawan di tempat berkarya. Ada suatu kebebasan yang wisudawan akan alami ketika mereka menanamkan nilai ini dalam hidup mereka. Para wisudawan akan terlepas dari belenggu primordialisme, dari belenggu egoisme yang hanya mau menang sendiri, dan belenggu pertengkaran," tambahnya.