Mendalami Penelitian Bahasa dan Budaya Melalui Surya Center for Language and Culture Studies Surya University

Sebagai universitas berbasis riset pertama di Indonesia, Surya University yang memiliki visi membangun Indonesia Jaya ini didukung oleh puluhan research center (pusat penelitian) yang bisa dipilih mahasiswa untuk bisa mengembangkan wawasan dan keahliannya menjadi lebih beragam.

Salah satu research center yang ada di Surya University berfokus pada bidang bahasa dan budaya, mengingat pentingnya bahasa dan budaya, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini.

Surya Center for Language and Culture Studies (SCLCS) didirikan sejak 6 Januari 2014 untuk membantu para peneliti, dosen, dan mahasiswa Surya University memperdalam ketrampilan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, agar membawa hasil penelitian, penemuan, dan karya ilmiah mereka ke dunia internasional.

Faizah Sari, Ph.D. selaku Direktur Surya Center for Language and Culture Studies (SCLCS) mengungkapkan bahwa SCLCS juga menyediakan forum bagi masyarakat/komunitas bahasa dan budaya untuk memajukan riset mengenai bahasa dan budaya di Surya University.

Riset itu sebenarnya menyenangkan dan menjadi pondasi dalam setiap kegiatan. Kita harus tetap curious (memiliki rasa ingin tahu) lebih banyak tentang lingkungan kita, termasuk tentang sejarah dan lingkungan di sekitar kita. Dalam riset bahasa metodologi penelitian semakin berkembang. Dulu pengumpulan data hanya dilakukan melalui mencatat dan menggambar bunyi bahasa di buku catatan atau memo. Sekarang ini dengan kemajuan teknologi, riset bahasa menggunakan teknologi rekam (video), foto, maupun pencarian data online dengan memanfaatkan internet,” ungkap Ibu Faizah Sari. Dengan demikian, mahasiswa dapat memiliki pengalaman melakukan riset bahasa dan budaya secara langsung, serta mengoperasikan peralatan dokumentasi yang baik untuk bisa memperoleh kualitas data berupa gambar dan bunyi.

Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa dengan adanya riset, mahasiswa misalnya, banyak manfaat yang diperoleh, seperti bisa belajar mengambil data primer dan mengenal lapangan, mempelajari langsung interaksi maupun cara berinteraksi dengan warga penutur asli atau penduduk setempat. Dalam penelitian bahasa, kita memerlukan responden, yaitu penutur bahasa asli, biasanya warga atau penduduk setempat. Sebaliknya, penutur asli pun memerlukan peneliti untuk membantu mengangkat isu-isu penting dan menarik untuk diangkat ke tingkat pengkajian dan akademik, serta upaya pelestarian bahasa dan budaya.

“Pada Center ini, kami telah banyak melakukan fieldwork. Untuk fieldwork tahun ini, misalnya, pada bulan Januari-Februari 2015 lalu, Center bersama mahasiswa pergi ke situs sejarah Citaman & Cihanjuran, Banten, yang merupakan proyek penelitian tahun ini. Mahasiswa yang mengikuti riset berasal dari program studi Digital Communication, Teknik Lingkungan dan Biotechnology di Surya University. Ke depannya, kami bercita-cita ada laboratorium bahasa dan budaya karena kami ingin ada tempat/wadah untuk riset bahasa dan budaya”, tambahnya.

SCLCS sendiri memiliki dua sisi. Di satu sisi, SCLCS berkomitmen untuk memajukan penelitian dalam bahasa dan budaya melalui kemitraan kreatif dengan para peneliti bahasa, lembaga bahasa dan budaya, dan organisasi lainnya. Di sisi lain, SCLCS tetap berkomitmen melayani masyarakat umum dan masyarakat akademis yang lebih luas dengan cara berbagi ide, mempromosikan pengetahuan linguistik dan pemahaman budaya. SCLCS juga menyediakan serangkaian workshop (pelatihan) yang berkaitan dengan studi bahasa dan budaya yang menguntungkan peneliti muda, staf, dan masyarakat.

Untuk sisi eksternal, SCLCS juga membantu kalangan akademis, dosen, dan mahasiswa, untuk bisa memperdalam keahlian menulis akademik. Saat ini kita memiliki 3 partner institusi akademik, yakni Universitas Al-Azhar Jakarta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, dan IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. Sedangkan di kalangan industri dan umum SCLCS juga melatih masyarakat agar dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa, termasuk membaca dan menulis. SCLCS memberikan pelatihan singkat (mini workshop) untuk mahasiswa, dosen dan staf Surya University, misalnya kiat-kiat penulisan active voice bahasa Inggris, perancangan manuskrip ilmiah berbahasa Inggris, pengucapan/pelafalan bahasa Inggris (pronunciation), dan masih banyak lagi topik menarik lainnya”, tutur Ibu Faizah Sari.

SCLCS juga melatih para dosen di institusi mitra sehingga para dosen mitra dapat memperdalam ketrampilan menulis dalam bahasa Inggris, untuk nantinya dapat ditterima dan diterbitkan di jurnal internasional atau pun jurnal nasional berakreditasi.

Walaupun jenisnya pelatihan (workshop), para peserta harus tetap mengirimkan contoh tulisan ilmiahnya sebelum pelatihan kepada kami supaya bisa ditelaah dulu. Lalu pada saat pelatihan, contoh tulisan tersebut dibahas, dan penulis diberikan materi dan perlengkapan pendukung lainnya. Yang menarik adalah pada pelatihan penulisan akademik ini, peserta diberikan post-workshop service, yaitu satu kali revisi manuskrip lengkap bebas biaya (complimentary). Ini adalah salah satu upaya mendorong penulis ilmiah Indonesia untuk segera menulis dan siap mempublikasikan tulisannya”, ujarnya.

Surya Center for Language and Culture Studies (SCLCS) bisa diakses melalui facebook (Surya Lingua) dan website di http://sclcs.suryaresearch.com/ dan https://sites.google.com/a/surya.ac.id/language-clinic/english untuk informasi lebih lanjut. (***)

Berita Lainnya

Wisuda II & Dies Natalis V - 13 Oktober 2018
Universitas Surya kembali meluluskan 299 mahasiswa dalam wisuda kedua tahun ini, yang berlangsung di Hotel Olive, Tangerang, Sabtu, 13 Oktober 2018. Sebanyak 84 wisudawan berhasil mendapatkan predikat pujian atau cum laude. Wisuda II tahun ini mengusung tema:"Generasi Indonesia Jaya Menjunjung Kebhinekaan". rnrn"Proses pendidikan yang berkualitas merupakan kunci utama pembangunan bangsa, dan pendidik yang berkualitas sebagai faktor penting dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi untuk mencapai Indonesia jaya," kata pendiri Universitas Surya, Prof Yohanes Surya. Para wisudawan, kata Prof Yohanes Surya, diharapkan tetap memegang nilai-nilai kebhinekaan, jangan membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama, ras, dan berbagai hal yang menyebabkan terjadinya sekat-sekat yang bisa merusak persatuan.rnrn"Nilai kebhinekaan inilah yang akan mempersatukan para wisudawan di tempat berkarya. Ada suatu kebebasan yang wisudawan akan alami ketika mereka menanamkan nilai ini dalam hidup mereka. Para wisudawan akan terlepas dari belenggu primordialisme, dari belenggu egoisme yang hanya mau menang sendiri, dan belenggu pertengkaran," tambahnya.